A.
DASAR TERBENTUKNYA TEORI SOSIO-KULTURAL
Ada
2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar sosio-kultural:
1.Piaget
Piaget
berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya
pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial
yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama
terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan
lingkungan sosial menjadi faktor sekunder.
Keaktifan
siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan
kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan kognitif merupakan
proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga
terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi
(asimilasi dan akomodasi).
Pendekatan
kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian
berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya.
Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan
implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan
idiologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan
budaya barat. pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural
yang berkembang akhir-akhir ini.
2.Vygotsky
Jalan
pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan
sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang
dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari
individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
Kondisi
sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan
keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun
keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif
sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan
dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif
atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan
pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping
ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan
sosial yang aktif pula.
Menurut
Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi
antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan
anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan
berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran
sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa
mempertimbangkan orang-orang penting di lingkungannya.
Banyak
ahli psikologi perkembangan yang sepaham denga konsep yang diajukan Vygotsky.
Teorinya yang menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu
yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan
bahwa proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan
penalaran melibatkan pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan
sosialnya. Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang
dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang
tersebut.
B.
KONSEP TEORI SOSIO-KULTURAL
Ada
3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan
kognitif sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan
pembelajaran yaitu genetic law of development, zona of proximal development dan
mediasi.
a.Hukum
genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Menurut
Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua
tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau
intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial
sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta
perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai
derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan
internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
b.Zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky
membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua
tingkat:
(1)
Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri
(intramental).
(2)
Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang
dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten
(intermental).
Jarak
antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan
potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal
diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang
masih berada dalam proses pematangan.
c.Mediasi
Menurut
Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi
dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa,
tanda dan lambang, atau semiotika.
Ada
dua jenis mediasi, yaitu:
(1)
Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk
melakukan self- regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self
checking, dan self evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam
komunikasi antar pribadi.
(2)
Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem. Mediasi
kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep
ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
C.
PENGARUH SOSIO-KULTURAL PADA PERKEMBANGAN KOGNISI
a.Pengaruh
sosial pada perkembangan kognisi
Menurut
Vygotsky, anak adalah seorang eksplorer yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi,
sangat aktif dalam pembelajaran, selalu ingin menemukan sendiri, dan
mengembangkan pemahaman baru. Namun demikian Vygostky lebih menekankan pada
kontribusi sosial dalam proses perkembangan dan tidak melihat peranan besar
dalam penemuan sendiri. Perkembangan pertama dalam lingkup sosial muncul dalam
individu sebagai kategori interpsikological dan kemudian pada anak sebagai kategori
intrapsikologikal. Contohnya adalah voluntary attention (perhatian otomatis),
logical memory (memori logis), pembentukan konsep, dan perkembangan kemampuan
memilih.
Vygostky
berpendapat bahwa, pembelajaran pada anak terjadi melalui interaksi sosial
dengan tutor yang lebih berpengalaman, Tutor ini menjadi model dalam
berperilaku atau menyediakan instruksi verbal untuk anak. Model inilah yang
disebut dengan dialog kooperatif atau kolaboratif. Anak mencari pemahaman
perilaku atau instruksi dari tutor, menginternalisasi informasi dan
menggunakannya untuk memformulasikan perilaku mereka.
b.Pengaruh
Budaya pada perkembangan kognisi
Vygotsky
berpendapat bahwa perkembangan harus dilihat dari perspektif 4 tahap yang
saling berhubungan dalam interaksi anak dengan lingkungan:
1)
Perkembangan Ontogenic, adalah perkembangan individu sepanjang hayat, digunakan
oleh hampir semua ahli psikologi dalam menganalisa perkembangan manusia.
2)
Perkembangan Microgenic, mengacu pada perubahan yang terjadi pada waktu yang
relatif singkat, misalnya perubahan yang dapat dilihat pada saat anak
memecahkan masalah penjumlahan pada setiap minggunya selama 11 minggu (Siegler
& Jenkins, 1989).
3)
Perkembangan Phylogenic adalah perubahan yang berskala evolusi, diukur dalam
ribuan dan bahkan jutaan tahun. Vygostsky sendiri berpendapat bahwa untuk
pemahaman sejarah spesies dapat memberikan masukan pada perkembangan anak.
4)
Perkembangan Sociohistorical, mengacu pada perubahan yang terjadi pada budaya,
kepercayaan, norma, dan teknologi.
Disini
Vygotsky menekankan bagaimana seseorang berkembang dalam lingkungan yang
berubah. Dengan berfokus pada individu atau pun pada lingkungan tidak cukup
untuk menjelaskan mengenai perkembangan seseorang. Untuk itu perkembangan
sebaiknya dipelajari dari konteks sosial dan budaya.
D.
APLIKASI TEORI SOSIO-KULTURAL
Aplikasi
teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam
pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a.Pendidikan
informal (keluarga)
Pendidikan
anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat,
memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Oleh
karena itu perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala
berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang
tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya.
b.Pendidikan
nonformal
Pendidikan
nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik. Pendidikan ini
diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan
sosial masyarakatnya.
c.Pendidikan
formal
Aplikasi
teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi
antara lain:
1).
Kurikulum.
Khususnya
untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai
Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan
Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri
nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas
bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan
sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun
masyarakat internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan,
di antaranya: pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal,
kesenian, dan olah raga.
2).
Siswa
Dalam
pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung ataupun melalui
rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap bukan sesuatu
yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung. Selain itu
pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat,
dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
3).
Guru
Guru
bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih berperanan
sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan
tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini
peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa
yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.
E.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SOSIO-KULTURAL
Berdasarkan
teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan:
1.Anak
memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
2.Pembelajaran
perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat
perkembangan aktualnya;
3.Pembelajaran
lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan
intermentalnya daripada kemampuan intramental;
4.Anak
diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang
telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk
tugas-tugas atau pemecahan masalah;
5.Proses
belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan
kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara
bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Kelemahan
dari teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak,
proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar
dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar
diamati secara langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.
TEORI
KECERDASAN GANDA DAN PENERAPANNYA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Pendidikan
pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi.
Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah
memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yng
dimkili menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan dan
pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih
diarahkan atau lebih berorientasi kepada invidu peserta didik.
Kenyataan
menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan
dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pemahman pendidik tentang karakteristik individu.
Jerold
E. Kemp dan kawan-kawan mengemukakan (1996) beberapa karakteristik individu siswa
yang perlu difahami antara lain :
Age and maturity level
Motivation and attitude toward subject
Expectation and vocational level
Special Talent
Mechanical Dexterity
Ability to work under various enviro
condition.
Salah
satu karakteristik penting dari individu
yang perlu difahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan
individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki
kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang
dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan
dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara
optimal pternsi yang aa pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang
dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat
cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri
mereka secara optimal.
Teori
Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner –
seorang professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan
untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Tulisan ini bertujuan untuk
membahas dan lebih memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru dan
pendidik dalam membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peseta
didik.
B. Siswa adalah Individu yang Unik
Pada
dasarnya siswa adalah individu yang unik. Setiap siswa memiliki potensi dan
kemempuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tidak semua individu
memilki profil intelegensi yang sama. Setiap individu juga memilki bakat dan
minat belajar yang berbeda-beda.
Pada
era membanjirnya informasi dan pengetahuan seperti yang terjadi sekarang ini
tidak semua individu harus mempelajari semua informasi. Setiap individu harus
bersifat selektif dalam menentukan keterampilan dan pengetahuan yang akan
dipelajari. Individu harus memilki pilihan untuk memilih apa yang ingin
dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
Setiap
siswa memang memiliki potensi yang berbeda – beda dan memilki pilihan untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya, namun ada beberapa pengetahuan dan
kerterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan
pendidikan di sekolah yaitu kemampuan atau kompetensi dalam bidang :
Bahasa (linguistic)
Matematika (math)
Ilmu Pengetahuan Sosial (social sciences)
Ilmu Pegetahuan Alam (Natural Sciences)
Keempat
bidang ini dapat dipandang sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh
individu siswa setelah lulus dari sekolah.
C.
Jenis-Jenis Kecerdasan
Howard
Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis
kecerdasan dasar yaitu :
Kecerdasan bahasa
Kecerdasan matematis logis
Kecerdasan spasial
Kecerdasan kinestetis jasmani
Kecerdasan musikal
Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan
intrapersonal
Terakhir,
Gardner menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan naturalis.
1. Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan
bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa
untuk mengekspresikan arti yang kompleks. Contoh orang-orang yang memiliki
kecerdasan bahasa yaitu
Pengarang
Penyair
Wartawan
Pembicara
Pembaca berita
2. Kecerdasan Matematis/Logis
Kecerdasan
logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan,
penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan
melakukan operasi matematis yang
kompleks. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah
ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer
3. Kecerdasan Spasial
Orang
yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam
berfikir secara tiga dimensi. Contoh –
contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial
adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial
memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun
eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan
kinestetik tubuh adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek
dan cakap melakukan akt vfRtas fisik. Contoh-contoh orang yang memiliki
kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan
musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama
musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ;
komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang
sensitif terhadap unsur suara.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan
interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
memahami dan dapat melakukan interaksi secara fektif dengan orang lain.
Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa oranng seperti; guru
yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari
bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat
kesuksesan seseorang.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan
intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi
yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam
membuat rencana dan mengarahkan orang lain.
8. Kecerdasan Naturalis
Keahlian
mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para
pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki
kecerdasan ini.
Gardner
juga mengelompokkan ketujuh kecerdasan manusia menjadi tiga kelompok yaitu:
Kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek
(object related) noleh objek yang dihadapi.
Kelompok
kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang
tidak dipengaruhi oleh objek, tapi dipengaruhi
oleh sistem bahasa dan musik yang didengar.
Kelompok kecerdasan yang dipengaruhi
hubungan dengan orang lain (person related) yaitu kelompok yang bertalian
dengan interksi dengan orang lain.
D. Kegiatan untuk Meningkatkan Kecerdasan
Ganda
Sejumlah
cara atau metode dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan – kemampuan individu.
Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis kecerdasan yang spesifik yaitu:
Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat
dilakukana dengan cara mengadakan permainan merangkai kata, buatlah buku harian
atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiran setiap
harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan waktu untuk bercerita secara teratur
dengan keluarga atau sahabat.
Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial
yaitu seringlah berlatih permainan
gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi
ulang interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan
mainan tiga dimensi lainnya.
Meningkatkan kecerdasan matematis logis
dapat dilakukan dengan cara berlatih menghitung soal-soal matematika sederhana
di kepala ( berapa 21 X 40 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa,
sering-seringlah mengisi teka-teki silang/asah otak lainnya.
Kecerdasan musikal dapat dilatih dengan cara mengunjungi konser atau
pertunjukan musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang
memungkinkan untuk bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu
untuk mendengarkan gaya musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country,
world music ,dll).
Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat
dilakukan dengan carai bergabung dan berlatih berdsama dengan klub olahraga di
lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa, kumpulkanlah berbagai macam benda yang memiliki beragam tekstur dan
bentuknya khas, cobalah kenali
benda-benda tersebut dengan mata tertutup.
Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kecerdasan interpersonal yaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi
dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat, dan orang lain, serta
tetaplah menjalin hubungan dengan mereka; luangkan waktu selama 15 menit setiap
hari untuk mempraktekkan mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau
sahabat dekat; bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek
yang berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca, pemain bass, penulisan
artikel tentang pantai).
Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut : pilihlah tokoh favorit yang positif,
dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu
permasalahan yang membutuhkan waktu pemahaman yang dalam, lakukanlah sesuatu
yang menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali sehari, luangkan waktu sekitar
sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai
macam perasaan dan gagasan yang dialami.
Metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain
peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acara-acara
mengenai program flora dan fauna, (ini yang paling mudah) cobalah untuk menahan
dari untuk tidak merusak lingkungan,
seperti mencorat-coret meja, menginjak rumput kantor, memetik bunga yang sedang
tumbuh.
Tabel
berikut (Tabel. 1.) menggambarkan tentang kecenderungan dan kegemaran dan perilaku yang dapat dimati dan metode belajar
yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan masing-masing kecerdasan.
Tabel.
1. Kecenderungan dan Metode Belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan
Kecerdasan Ganda
JENIS
KECERDASAN KECENDERUNGAN /
KEGEMARAN
METODE BELAJAR
Bahasa
/ Verbal Gemar :
- membaca
- Menulis
- Bercerita
- Bermain kata
Membaca, menulis, mendengar
Matematis
Logis Gemar :
- bereksperimen
- tanya jawab
- menjawawab teka-teki
logis
Berhitung, aplikasi rumus,
eksperimen
JENIS
KECERDASAN KECENDERUNGAN /
KEGEMARAN
METODE BELAJAR
Spasial
Gemar :
- Mendesain
- Menggambar
- Berimajinasi
- Membuat sketsa
Observasi, menggambar, mewarnai,
membuat peta
Kinestetik
tubuh Gemar :
- menari
- berlari
- melompat
- meraba
- memberi isyarat
Membangun, mempraktekan. menari,
ekspresi
Musikall
Gemar :
- bernyanyi
- bersiul
- bersenandung
Menyanyi, menghayati lagu, mamainkan
instrumen musik
Interpersonal
Gemar :
- memimpin
- berorganisasi
- bergaul
- menjadi mediator
Kerjasama dan interaksi dengan orang
lain
Intrapersonal
Gemar :
- menyusun tujuan
- meditasi
- imajinasi
- membuat rencana
- merenung
Berfikir filosofi, analitis,
berfikir reflektif
Naturalis
Gemar :
- bermain dengan flora fauna
- mengamati alam
- menjaga lingkungan
Observasi alamdan mengidentifikasi
karakteristik flora dan fauna
E. Faktor – Faktor Penting dalam
Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi
teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan
komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
Orang tua murid
Guru
Kurikulum dan fasilitas
Sistem penilaian
Komponen
masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang
optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil.
Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan
sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin
dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Guru
memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda.
Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang
diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan
individu siswa
Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu
mengajar secara proporsional.
Kemampuan
guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal
yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan
proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh
siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah
bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Setelah
mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah merancang
kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat
digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsung
30 % belajar kooperatif
30% belajar independent
Implementasi
teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai
sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan
pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu
menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan
potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain
mampu memainkan instrumen musik, ia juga
harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa
yang memiliki kecerdasan musikal.
Sekolah
yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas
pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh
guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas
dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik,
peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan spesifik.
Sistem
penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda
berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa
semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada
input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan
(progress) yang diperlihatkan oleh siswa
dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok
dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian
portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa
dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
F. Penutup
Setiap
individu memiliki potensi yang unik yang harus dikembangkan menjadi kompetensi.
Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan potensi
individu menjadi kompetensi. Manusia, pada dasarnya, memiliki beberapa jenis kecerdasan yang
menonjol. Howard Gardner, seorang pakar psikologi dari Harvard University,
mengemukakan delapan jenis kecerdasan yang meliputi kecerdasan:
Bahasa
Matematis logis
Spasial
Musikal
Kinestetis tubuh
Interpersonal
Intrapersonal
Naturalis
Dalam
mengimplementasikan teori kecerdasan ganda di sekolah, ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan yaitu : masyarakat dan orang tua, guru, kurikulum, fasilitas
pembelajaran dan sistem penilaian.
Strategi
pembelejaran kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat
berkembang. Strategi dasar pembelajarannya dimulai dengan :
Membangun/memicu kecerdasan
Memperkuat kecerdasan
Mengajarkan dengan/untuk kecerdasan
Mentransfer kecerdasan
Sedangkan
kegiatan-kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyediakan hari-hari karir,
studi tour, biografi, pembelajaran terprogram, eksperimen, majalah dinding,
papan display, membaca buku-buku untuk mengembangkan kecerdasan ganda, membuat
table perkembangan kecerdasan anda, atau human intelligence hunt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar