Codehill

Kamis, 07 Maret 2013


5 PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO

5 Pilar Pendidikan UNESCO

1. Belajar mengetahui (learning to know)
Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Dewasa ini terdapat ledakan informasi dan pengetahuan. Hal itu bukan saja disebabkan karena adanya perkembangan yang sangat cepat dalam bidang ilmu dan teknologi, tetapi juga karena perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang elektronika, memungkinkan sejumlah besar informasi dan pengetahuan tersimpan, bisa diperoleh dan disebarkan secara cepat dan hampir menjangkau seluruh planet bumi. Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan, melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan, tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah, penerapan, dll. Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan: memperluas wawasan, meningkatakan kemampuan, memecahkan masalah, belajar lebih lanjut, dll.
Jacques Delors (1996), sebagai ketua komisi penyusun Learning the Treasure Within, menegaskan adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean) dan pengetahuan sebagai hasil (end). Sebagai alat, pengetahuan digunakan untuk pencapaian berbagai tujuan, seperti: memahami lingkungan, hidup layak sesuai kondisi lingkungan, pengembangan keterampilan bekerja, berkomunikasi. Sebagai hasil, pengetahuan mereka dasar bagi kepuasaan memahami, mengetahui dan menemukan.
Pengetahuan terus berkembang, setiap saat ditemukan pengetahuan baru. Oleh karena itu belajar mengetahui harus terus dilakukan, bahkan ditingkatkan menjadi knowing much (berusaha tahu banyak).

2. Belajar berkarya (learning to do)
Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Dalam konsep komisi Unesco, belajar berkarya ini mempunyai makna khusus, yaitu dalam kaitan dengan vokasional. Belajar berkarya adalah balajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. Sejalan dengan tuntutan perkembangan industri dan perusahaan, maka keterampilan dan kompetisi kerja ini, juga berkembang semakin tinggi, tidak hanya pada tingkat keterampilan, kompetensi teknis atau operasional, tetapi sampai dengan kompetensi profesional. Karena tuntutan pekerjaan didunia industri dan perusahaan terus meningkat, maka individu yang akan memasuki dan/atau telah masuk di dunia industri dan perusahaan perlu terus bekarya. Mereka harus mampu doing much (berusaha berkarya banyak).

3. Belajar hidup bersama (learning to live together)
Dalam kehidupan global, kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik, daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup bersama dan bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi, berkomonikasi, bekerja sama dan hidup bersama antar kelompok dituntut belajar hidup bersama. Tiap kelompok memiliki latar belakang pendidikan, kebudayaan, tradisi, dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa bekerjasama dan hidup rukun, mereka harus banyak belajar hidup bersama, being sociable (berusaha membina kehidupan bersama)

4. Belajar berkembang utuh (learning to be)
Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya. Sebenarnya tuntutan perkembangan kehidupan global, bukan hanya menuntut berkembangnya manusia secara menyeluruh dan utuh, tetapi juga manusia utuh yang unggul. Untuk itu mereka harus berusaha banyak mencapai keunggulan (being excellence). Keunggulan diperkuat dengan moral yang kuat. Individu-individu global harus berupaya bermoral kuat atau being morally.

5. Learning for improving to quality of worship to Allah SWT
Belajar meningkatkan kualitas untuk beribadah kepada Allah SWT, apa yang termuat dalam surat berikut :
•    Al Faatihah: 2 “Tuhan sebagai Penguasa/Pendidik alam semesta”.
•    Al Baqarah: 29-33
  “Bumi diciptakan oleh Allah SWT untuk manusia.”
  “Manusia diciptakan sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.”
  “Manusia dikaruniai potensi yang dapat dikembangkan hingga hampir tak terbatas, yang membuat semua makhluk lain, kecuali iblis, tunduk kepada manusia.”
•    Az Zukhruf: 32 “Manusia diciptakan sebagai makhluk bhinneka agar dapat saling berhubungan dalam rangka saling membutuhkan.”
•    Al Maidah: 2 dan 48 “Bertolong-tolonganlah dalam berbuat kebajikan (interaksi koperatif)” dan “Berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan (interaksi kompetitif).”

sumber:http://rstdjogdja80.blogspot.com/2012/03/5-pilar-pendidikan-menurut-unesco.html

Minggu, 03 Maret 2013

RUANG LINGKUP,METODE DAN PEMBAGIAN FILSAFAT


RUANG LINGKUP,METODE DAN PEMBAGIAN FILSAFAT
A.Ruang Lingkup Filsafat
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagai­mana.
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih.
Akslologi llmu meliputi nilal‑nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun fisik‑material.
 Adapun menurut pendapat para ahli tentang ruang lingkup filsafat :
Ø  Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.
Ø  Tentang ada dan tidak ada.
Ø  Tentang alam, dunia dan seisinya.
Ø  Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.
Ø  Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.
Ø  Tuhan tidak dikecualikan.
Jadi dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia yang amat luat. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada (nyata), baik material konkrit maupuan nonmaterial abstrak (tidak terlihat).


B. Metode dalam Filsafat
Adapun metode filsafat sebagai disiplin ilmu dan pendidikan mempunyai metode tertentu diantaranya sebagai berikut:
a. Perenungan (Contemplative)
Merenung adalah memikirkan sesuatu atau segala sesuatu, tanpa keharusan adanya kontak langsung dengan objeknya, misalnya makna hidup, kebenaran, keadilan, keindahan dan sebagainya. Merenung adalah suatu cara yang sesuai dengan watak filsafat, yaitu memikirkan segalah sesuatu sedalam-dalamnya, dalam keadaan tenang hening dan sungguh-sungguh dalam kesendirian atau kapan dan dimanapun..
b. Deductive
Filsafat menggunakan metode deduktif karena filsafat berusaha mencari kebenaran hakiki. Sebenarnya filsafat menggunakan semua metode agar saling komplimentasi, selain melengkapi.
Filsafat melahirkan ilmu pengetahuan, tetapi sebaliknya perkembangan berfikir seorang pribadi, melalui proses :
1. Tingkat indra
2. Tingkat ilmiah (rasional kritis, objektif, sistematis)
3. Tingkat filosofis (reflective thinking)
4. Tingkat religius                            




c.. Metode historis/ sejarah
Metode ini baik karena dengan demikian pertumbuhan filsafat itu dapat diikuti dari jumlahnya. Akan tetapi harus agak panjang untuk penulaannya dan bisa menimbulkan kesalahpahaman.
d.. Metode Ikhtisar
Metode ini membentuk soal-soal yang dibicarakan dalam filsafat dan menguraikan jawaban.
e. Metode Sistematis
Metode ini mencari arti serta maksud dari kodrat manusia yaitu bagaimana manusia karena kodratnya akan penyelidikan yang biasanya disebut filsafat itu lalu dicari akibat-akibatnya
f. Metode Kombinasi
Metode ini adalah kombinasi dari cara-cara tersebut yaitu sistematis, tetapi tidak lepas dari sejarah dan dengan memperhatikan soal-soal terpenting yang timbul bagi setiap manusia yang hidup sadar dan mampu menggunakan pikirannya
C. Pembagian Filsafat
a.Menurut Pendapat ahli
1. Alcuinus, salah seorang tokoh “Filsafat Scholastik” pada zaman abad pertengahan membagi filsafat sebagai berikut :
Ø  Bagian fisika yang menyelidiki apakah sebab-sebabnya sesuatu itu ada.
Ø   Bagian etika yang menentukan tata hidup.
Ø  Bagian logika yang mencari dasar-dasar untuk mengerti.

2. Al-Kindi ahli pikir dalam filsafat islam membagi filsafat menjadi tiga bagian yaitu :
Ø  Ilmu fisika, tingkatan terendah
Ø   Ilmu matematika, tingkatan tengah
Ø   Ilmu ketuhanan, tingkatan tertinggi
3. Al-Farabi dan Ibnu Sina membagi dua bagian yaitu filsafat teori dan filsafat praktek.
4. Prof. DR. M. J. Langeveld membagi filsafat dalam tiga lingkungan masalah, yaitu :
Ø  Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika, manusia dan lain-lain)
Ø  Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori pengetahuan, teori kebenaran, logika).
Ø   Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, yang bernilai berdasarkan religi).
5. Prof. Alburey Castell membagi filsafat ke dalam enam bagian sebagai berikut :
Ø  Masalah theologies.
Ø  Masalah metafisika.
Ø  Masalah epistimologi.
Ø  Masalah etika.
Ø  Masalah politik.
Ø  Masalah sejarah.
6. H.De Vos membagi filsafat ke dalam sembilan golongan sebagai berikut :
Ø  Logika
Ø  Metafisika
Ø  Ajaran tentang ilmu pengetahuan
Ø  Filsafat alam
Ø   Filsafat kebudayaan
Ø  Filsafat sejarah.
Ø  Etika
Ø   Estetika
Ø  Anthropologi.
7. Plato membedakan filsafat atas tiga bagian sebagai berikut :
Ø  Dialetika, tentang ide-ide atau pengertian-pengertian umum.
Ø   Fisika, tentang dunia materil.
Ø   Etika, tentang kebaikan.
8. Aristoteles membagi 4 cabang yaitu :
Ø   logika
Ø   filsafat teoritis
Ø   filsafat praktis
Ø  filsafat peotika
b. Pembagian filsafat menurut bagan induktif
a. Metafisika
Ø   Metafisika fundamental, yaitu kritikan
Ø  Metafisika sistematis, yaitu ontology dan theodyca
b. Filsafat tentang :
Ø  Alam, yaitu kosmologia
Ø  Manusia, yaitu anthropologi



c. Filsafat rasional-logika
Ø  Logika umum/formal, yaitu logika
Ø   Logika khusus/material, yaitu filsafat tentang ilmu pengetahuan.
d. Filsafat praktis atau tentang kebudayaan
( 1 ) Filsafat praktis (tentang keseluruhan kegiatan manusia)
Ø   Filsafat etika, yaitu etika umum dan etika khusus
Ø  Filsafat tentang agama
( 2 ) Filsafat kebudayaan (tentang perbuatan lahiriah manusia)
Ø  Bagian umum : filsafat kebudayaan
Ø  Bagian khusus : filsafat tentang bahasa, kesenian, hukum, pendidikan, manusia, dan lain-lain.
c. Pembagian filsafat menurut bagan deduktif
Ø   Pengetahuan adalah kesadaran akan hal sesuatu, kesadaran akan diri kita sendiri.
Ø   Pengakuan bahwa aku ini ada. Karena andaikata aku tak ada bagaimanakah aku dapat berdiri di alun-alun dan sadar akan diriku sendiri.
Ø  Pengakuan bahwa kodrat saya adalah sadar akan diriku sendiri, mengerti akan diriku sendiri, ini adalah aspek rohani. Tetapi berdiri di suatu tempat adalah aspek jasmani.
Ø  Pengakuan dunia yang ku injak itu yaitu di alun-alun.
Ø  Penilaian perbuatan ini, artinya dalam kenyataan setiap perbuatan itu apakah baik atau tidak baik, sesuai dengan kodrat saya atau tidak sesuai dengan kodrat saya.
Ø  Dan mengenai perbuatan ini saya yakin harus memberikan pertanggungjawaban terhadap suara batin saya sebagai suatu kekuasaan yang berada di dalam maupun di atas yang akhirnya terhadap Tuhan.

Dalam eksistensinya yang baru filsafat mempunyai beberapa bagian atau cabang yaitu :
Ø  Logika, filsafat tentang pikiran dan cara berpikir benar atau salah.
Ø  Metafisika, filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika dan hakikat yang bersifat transcendental yaitu di luar atau di atas jangkauan pengalaman manusia.
Ø  Etika, filsafat tentang pola tingkah laku yang baik dan yang buruk.
Ø  Estetika, filsafat tentang pola cita rasa atau kreasi yang indah dan yang jelek.
Ø  Epistimologi, filsafat tentang ilmu pengetahuan.
Ø Filsafat-filsafat khususnya lainnya, yaitu filsafat bahasa, filsafat kesenian, filsafat teknik, filsafat ekonomi, filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat manusia, filsafat pendidikan, filsafat agama, filsafat pekerjaan sosial dan sebagainya.

D.TEORI-TEORI KEBENARAN
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan  selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
A. Pengertian Kebenaran dan Tingkatannya
        Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
Ø  Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia
Ø  Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio

Ø  Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya
Ø  Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik psikologis..
B. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
Ø  Teori Corespondence : menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
Ø  Teori Consistency : Teori ini merupakan suatu usaha pengujian atas arti kebenaran.
Ø  Teori Pragmatisme :Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medote problem solving dari dalam pengajaran.
Ø  Teori Kebenaran Religius : Kebenaran tak cukup hanya diukur dengan rasio dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu
Jenis-jenis Kebenaran :
Ø  Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan)
Ø   Kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada/ diadakan)
Ø  Kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)



SISTEM FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA DAN MORAL
A. Sistematika Filsafat Pancasila
Filsafat pancasila wajar memiliki pola dasar sistematika, system filsafat dilategorikan sebagai filsafat yang meliputi :
Ø  Bidang antalogi atau ontology
Ø   Bidang epistemology
Ø   Bidang axiology atau axologi
Ajaran filsafat mengutamakan :
Ø  Teori kenegaraan
Ø  Teori kemasyakatan
Ø  Teori manusia
Ø  Hakekat manusia semesta
Ø  Hakekat kebenaran
Ø  Hakekat kehidupan
Ø   Hakekat ilmu pengetahuan
Ø  Hakekat kebudayaan
Ø  Hakekat tukar
Ø  Hakekat moral dan agama
Menurut Runes ontology pancasila adalah bidang filsafat yang menyelidiki jenis dan hakekat itu sebagai berikut :
Ø  Ada Khusus
Ø  Ada individual
Ø  Ada umum
Ø  Ada terbatas
Ø  Ada tak terbatas
Ø  Ada universal
Ø  Ada mutlak
Ø  Kosmologi
Ø  Metafisika
Ø  Tuhan
Ø  Ada sesudah hati
Pokok-pokok Ontologi Pancasila
Ø  Asas dan sumber ada (eksistensi) kemestaan ialah YME
Ø  Ada alam semesta (makro kosmos) sebagai ada tidak terbatas
Ø  Adanya subjek pribadi manusia, individual, nasional umat manusia
Ø  Eksistensi tata budaya sebagai perwujudan nmartabat dan potensial manusia yang utama
Ø  Eksistensi subjek manusia mandiri selalu dengan motivasi luhur
Ø  Eksistensi unik pribadi manusia ialah kemampuannya untuk menyadari eksistensi diri
Ø  Wujud pengalaman, penghargaan dan jangkauan potensi manusia antar hubungan yang fungsional
Ø  Subjek manusia ialah eksistensi sadar dalam keadaan kebersamaan sejajar dan horizontal secara interpendensi
Ø  Kesadaran eksistensi manusia secara sesana manusia disamping dngan adanya kesadaran social.
Pada dasarnya manusia adalah eksistensi interpenderi kesadaran eksistensi social Runes Epistemologi Pancasila adalah Bidang Filsafat yang menyelidiki :
Ø  Sumber
Ø   Syarat
Ø  Vasiliditas
Ø  Hahekat ilmu pengetahuan
Ø  Semantika
Ø  Matematika
Ø  Proses
Ø  Batas




Epistimologi Disebut jua (Wissneehaftisiekr)
Prinsip Epistimologi Pancasila
Ø  Pribadi manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu atas eksistensinya. Proses terbentuknya manusia adalah hash kerja sama atau produk hubungan fungsional.
Ø  Sumber pengetahuan adalah alam semesta
Ø  Proses pembentukan pengetahuan melalui lembaga pendidikan
Ø  Pengetahuan manusia, baik jenis maupun tingkatannya dapat dibedakan secara berjenjang seperti :
a.       Tingkat pengetahuan inderanya
b.      Tingkat pengetahuan ilmiah
c.       Tingkat pengetahuan filosofi
d.      Tingkat pengetahuan religious
AXIOLOGI PANCASILA
Menurut Rubes bidang axiology ialah bidang yang menyelidiki pengertian, jenis, tingkat dan hakekat nilai secara keseluruhan.
Dasar-dasar Axiologi pancasila
Ø  Bahwa tuhan yang maha esa adalah sember nilai semesta yang menciptakan  nilai dalam maksa dan wujud antara lain :
a.       Nilai hukum alam
b.      Nilai hokum moral yang meningkat
Ø  Subjek manusia dapat membedakan secara hakiki maka sumber dan sumber nilai dalam perwujudan.
a.       Tuhan yang Maha Esa
b.      Alam semesta dan hukum alamnya
c.       Bangsa dan sosio Negara
d.      Negara dan system kebudayaan
e.       Kebudayaan


Ø  Nilai dan kesadaran manusiua dan dalam realistis alam semesta yang meliputi :
a.       Tuhan Yang Maha Esa dengan perwujudan nilai agama
b.      Alam semesta dan perwujudan hukum
c.       Nilai filsafat dan ilmu pengetahuan
Ø  Manusia dan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan dengan nilai yakni :
a.       Manusia sebagaisubjek nilai
b.      Manusia sebagai pencipta nilai
Ø  Martabat kepribadian manusia yang secara potensial, integris dari hakekat manusia
Ø  Mengingat maka sumber nilai adalah tuhan yang maha esa dan subjek manusia dengan potensial martabatnya yang luhur yakni budi luhur yang budi nuram.
Ø  Manusia sebagai subjek nilai memikul kewajiban bertanggung jawab atas bagaimana mendaya gunakan nilai
Ø  Eksistensi fungsional manusia adalah subjek dan kesadarannya berwujudan dunia indera, ilmu, filsafat, kebudayaan, peradaban, etika, ideology agama yang supranatural
Ø  Kesadaran manusia tentang nilai tercermin dalam kepribadian dan tindakannya.

B. PANCASILA SEBAGAI SUMBER DAN DASAR MORAL
Negara Indonesia yang berdiri tanggal 17 agustus 1945 merupakan neraga pancasila adil dan pedoman dalam ketatanegaraan prediket prinsip yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yuridis konstitusional. Bahwa Negara Indonesia berdasarkan pancasila sebagaimana yang termasuk didalam pembukaan UUD 1945.
Makna konsekuensi pancasila sebagai sumber dan dasar moral baik formal maupun fungsional:
Ø     Pancasila adalah dasar Negara atau filsafat Negara RI
Ø  Pancasila adalah norma dasar dan norma tertinggi didalam Negara RI
Ø  Pancasila adalah Idiologi Negara, Idiologi Nasional Indonesia
Ø  Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa Indonesia atau kepribadian nasional, yang perwujudannya secara melembaga sebagai system Negara pancasila.
Ø  Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa, pandangan hidup (keyakinan bangsa) yang menjiwai. System kenegaraan dan kemasyarakatan Indonesia. Karena itu pancasila adalah system filsafat Indonesia yang potensial dan fungsional yang normative dan ideal.
`           Pancasila sebagai sumber dan dasar model diangkat dan religus sosio kebudayaan dan nilai dasar masyarakat Indonesia, nilai dasar merupakan perwujudan kepribadian bangsa. Nilai pancasila keyakinan atau pandangan hidup bangsa tangh benar, baik dan unggul. Nilai-nilai Dasar sosio-budaya Indonesia meliputi :
Ø  Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana dan potensial
Ø  Kesadaran kekeluargaan, yang berwujud cinta keluarga sebagai dasar dan kondrat terbentuknya masyarakat dan berkesenambungannya generasi.
C. TUJUAN PENDIDUKAN PANCASILA
Ø  Merumuskan formal konstitusional baik dalam UU Negara RI maupun dalam GBHN dan UU kependidikan lainnya.
Ø  Menjabarkan konsepsional seperti :
            `             Lukisan manusia Indonesia seutuhnya (MIS) dan pendidikan seumur hidup
Ø  Untuk membentuk kepribadian peserta didik umumnya bangsa dan Negara secara potensional aktifnya kesadaran tahu atas eksistensi diri (subjek)
Ø  Menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan kepada nilai-nilai pancasila, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dan memberikan bakat kemampuan untuk mengikuti pendidikan dimasa yang akan dating.
Ø  Mengembangkan dan melestarikan nilia-nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari-hari serta membina dan menyadari hubungan antar sesame anggota, sekolah dan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.